Seketika Seperempat Abad

Ravinska Minerva Azura
2 min readJun 2, 2023

Hari ini banyak yang terjadi. Pas pukul 24 di Oliv ada hadiah kue dari Maura dan Chindy. Suasananya pas karena memang sudah direncanakan untuk melihat Batavia Collective. Menyoal Batavia, waktu itu aku dan Maura pertama kali menonton di Papandayan Jazz Festival. Kami beruntung, karena tiketnya murah, konsernya intim, dan skill personilnya “dewa”. Beneran. Makanya, karena di Oliv ada lineup mereka, kita langsung datang.

Setelahnya kita ke Monops, pertama kali lihat kondisi klub yang rasanya seperti Kidzania Club. Akhirnya karena ga kuat, kami keluar. Beli sate taichan, pindah ke Amora. Temannya Maura datang, mereka lucu. Kemudian jam 3 pagi kita pulang ke rumah Maura. Seperti biasa, anjingnya menunggu. Tapi kali ini tidak sebegitu hiperaktif. Chindy kemudian tertidur duluan, sedangkan aku dan Maura melakukan ritual sebelum tidur. Selalu sama, di kasur yang sama, dan ditemani AC yang bikin flu. Ceritanya pun sama, curahan hati tentang entitas di ekosistem sekitar.

Paginya lanjut ke Lapangan Banteng bertemu Fida. Aku bantu potong-potong stiker untuk Medividi. Panas sekali, bikin sakit. Setelahnya jam 12an siang lanjut ke Acta Brasserie. Tempatnya bagus di sebelah lapangan golf, pemandangannya ada pramugolf, ekspat, dan orang-orang aristokrat zaman sekarang. Kemudian Maura lanjut ke acara Bachelorette Party haha. Sisa aku yang mesti menemani Chindy ke agenda selanjutnya, yaitu jual tiket dia Meet n Greet sama artis Korea. Ceritanya sebenarnya agak sedih karena ia tidak jadi menonton dan terpaksa jual tiket untuk menyelesaikan persoalan finansialnya yang sedang rollercoaster. Tapi setidaknya masih bisa foto-foto, walaupun mau menangis.

Selanjutnya kita ke KRL ke Bogor bersama. Tadinya mau ajak Chindy ke Cigombong dan lihat ayam kalkun, tapi sayangnya dia mesti balik ke KL dan pesawatnya pagi. Jadinya numpang di rumah Katulampa sebelah Sungai Ciliwung. Sialnya KRL penuh walaupun hari libur dan cuti. Kita baru kedapatan kursi di Stasiun Cilebut. Menurutku itu lumayan tidak sesuai pola, karena semestinya banyak yang keluar di Stasiun Depok atau Citayam. Sayangnya hipotesisnya tidak berlaku. Jadinya kami berdiri terus walau sakit kaki.

Di kereta aku dan Chindy bercerita soal kisah bahagia saat kami kecil, dari BP-BPan sampai agar-agar berbentuk pocong yang dipotong pedagang langsung di tangannya. Di penghujung kami sadar kisah-kisah keluarga kami sama, kekampungan kami juga sama. Kata Chindy ada bapak-bapak di belakang kami yang ikut ketawa saat mendengar curhatan kami. Kesimpulan yang kami dapat saat itu, mungkin lebih ke hipotesis 2 yaitu mayoritas Anker alias anak kereta pasti memiliki cerita yang sama dengan kami. Setelah sampai di Stasiun Bogor, kami duduk sebentar di Alun-Alun Bogor. Kemudian lanjut makan malam bersama keluargaku yang rela berangkat dari Cigombong. Momennya saat ini kami makan bersama. Hari ini menyenangkan.

--

--

Ravinska Minerva Azura

kemelut isinya gurauan yang tidak lucu. ia bekerja sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahananku. kurang penting